Minggu, 10 Februari 2013

Kisah tentang Nilai C

Readers, weekend ini aku pengen berbagi cerita deh.. Semoga menginspirasi ya :)



Sebelum seorang professor di suatu universitas akan membagikan ujian akhir kepada para mahasiswanya, ia mengajukan suatu tawaran istimewa kepada mereka.

Ia berkata, "Siapa yang mau mendapat nilai C otomatis dalam ujian ini, angkat tangan dan kamu tidak perlu mengikuti ujian. Saya akan langsung memberikanmu nilai C."


"Satu tangan terangkat. Kemudian yang lainnya, dan yang lainnya
hingga setengah dari para mahasiswa tersebut telah memilih untuk tidak mengikuti ujian itu. Mereka akan menerima nilai C secara otomatis, dan mereka pun pulang dengan gembira.

Profesor itu kemudian membagikan lembaran ujian kepada mahasiswa yang masih tinggal di kelas itu. Ia meletakkan lembaran-lembaran tersebut di meja dan meminta mereka tidak membaliknya sebelum diperintahkan.


Ia memberi selamat kepada para mahasiswa tersebut karena mereka tidak mau menerima nilai rata-rata dan bahwa mereka bersedia melakukan hal-hal yang luar biasa dalam hidup mereka.


Kemudian professor itu memerintahkan mahasiswanya untuk memulai ujian mereka. Para mahasiswa spontan terkejut, ketika menemukan bahwa lembaran ujian mereka hanya tertulis kalimat singkat: “Selamat. Anda baru saja mendapatkan nilai A.”


...

:)

Hm, got it guys? Terlalu sering kita mengambil jalan pintas yang mudah dan menerima keadaan biasa-biasa saja saat seharusnya kita bisa membangun potensi diri kita. Kita berpikir bahwa nilai C tidak begitu buruk dan cukup pantas untuk kita peroleh.

Hidup biasa-biasa saja, tanpa mengeluarkan potensi maksimal dalam hidup kita, merupakan suatu kesia-siaan atas anugerah Tuhan yang luar biasa dalam diri kita.

Tetaplah bersemangat!
Teruslah bertumbuh!
Teruslah belajar!

Ayo lakukan yang terbaik untuk apapun yang sedang menjadi tanggung jawab mu saat ini! Jadilah luar biasa!

 
Intan Fandini 

Jumat, 01 Februari 2013

Tentang Diam

Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam memberi komentar..
Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam menegur..
Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam memberi nasihat..
Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam memprotes..
Kadang-kadang kita hanya perlu DIAM dalam persetujuan..

tapi..

Biarlah DIAM kita mereka paham artinya..
Biarlah DIAM kita mereka terkesan maknanya..
Biarlah DIAM kita mereka maklum maksudnya..
Biarlah DIAM kita mereka terima tujuannya..

karena..

DIAM kita mungkin disalah artikan..
DIAM kita mungkin mengundang prasangkaan..
DIAM kita mungkin tidak membawa maksud apa2..
DIAM kita mungkin tak berarti..

maka..

jika kita merasakan DIAM itu terbaik..
seharusnya kita DIAM..
namun seandainya DIAM kita bukanlah sesuatu yang bijak..
berbicaralah, sehingga mereka DIAM..





Intan Fandini