Berkenaan dengan tema “Dari
Keunggulan Sumber Daya Alam menuju Keunggulan Sumber Daya Manusia” yang terkandung dalam artikel
berjudul Titik Cerah
dalam Transformasi SDM Kita di www.darwinsaleh.com saya berpandangan bahwa saya setuju
dengan ide-ide dan terobosan-terobosan
yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
SDM kita. Salah satu terobosan itu adalah program transformasi SDM yang
dicanangkan oleh KESDM untuk lebih mengaktifkan program pelatihan tenaga kerja
di desa-desa dan di pesantren agar lebih berkualifikasi untuk bekerja di dalam
maupun luar negeri. Menurut data BPS, kemiskinan lebih tinggi terjadi di
desa-desa. Meski di kota juga tidak luput dari kemiskinan. SDA kita yang kaya
membutuhkan SDM yang handal. Memang, hal-hal semacam terobosan-terobosan dan
cara-cara baru sedang dibutuhkan negara ini untuk mempercepat proses dalam
mengentaskan permasalahan negara. Selama SDA kita masih kurang bergerak memberi
manfaat pada peningkatan SDM kita, selama itu pula kemandirian masih jauh dari
kenyataan bagi rakyat Indonesia. Hal ini cukup memancing dan menggugah rasa
kepedulian saya akan Indonesia.
Ada satu kutipan didalam artikel yang berjudul Tetap Satu Visi dan Satu Semangat Sekalipun Bersaing di www.darwinsaleh.com dari seorang geolog
kebanggaan Indonesia, almarhum JA Katili, beliau berkata “Dengan modal sumber daya alam yang
Tuhan berikan, kita harus berhasil mentransformasikannya jadi kekuatan sosial,
yakni rakyat yang lebih berdaya. Bila tidak, maka akan membawa dampak negatif,
ditangisi generasi mendatang yang tetap hidup dalam lumpur kemiskinan”. Saya
sangat setuju. Indonesia. Suatu negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki 17.508 pulau dan dilalui oleh garis khatulistiwa membuat Indonesia
kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) serta flora dan fauna yang beragam. Tetapi,
adakah keseimbangan kekayaan alam tersebut dengan kesejahteraan rakyat? Adakah
kekayaan alam tersebut sudah dikelola dengan maksimal oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas yang berasal dari negara ini? Sayang sekali menurut saya
belum.
Indonesia
memiliki penduduk terbanyak keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Apabila kita berkaca ke negara-negara lain, kita bisa melihat potensi
yang sungguh dimiliki Indonesia untuk menjadi negara hebat. Amerika Serikat
misalnya, meski mereka tidak unggul SDA, tetapi mereka unggul SDM, baik segi
kuantitas maupun kualitas. Bagaimana negara mereka? Maju. Contoh lain adalah
Singapura. Negara yang kecil, SDA yang sangat minim, tetapi mereka unggul SDM, meski
jumlah penduduk mereka tidak banyak. Nah, Indonesia. Apa yang kurang? Apa yang
membuat negara kita jalan di tempat? Padahal kekayaan SDA melimpah, pasukan
kita banyak, orang kita banyak. Hanya satu yang kurang, ialah kualitas SDM
kita. Dan itulah sebenarnya yang lebih penting, see? kualitas, bukan kuantitas. “Jumlah penduduk yang teramat besar
tanpa diimbangi oleh kualitas Sumber Daya Manusia yang memadai bisa menjadi
sebuah petaka,” kata Kepala BKKBN Pak Fasli Jalal di seminarnya yang saya
hadiri pada Desember 2013 lalu.
Masih
mengutip kalimat di salah satu artikel di www.darwinsaleh.com
yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia punya modal, tapi perlu sikap amanah
para pemimpin. Benar. Saya ulangi, sikap
para pemimpin. Bukan tidak ada SDM di Indonesia ini yang berkualitas, yang
cerdas, yang pintar, yang hebat, bahkan jenius. Hanya saja sangat miris melihat
mereka yang berpotensi memajukan bangsa ini tidak didukung dan diberdayakan
secara maksimal di negara ini. Bahkan, saya teringat salah satu berita yang
pernah saya baca beberapa tahun yang lalu di surat kabar. Tentang apa yang para
pelajar sebut “Ujian Nasional”. Ada salah satu pelajar SMA yang merupakan
pemenang olimpiade tingkat nasional telah gagal di Ujian Nasional. Apa yang
pemerintah Indonesia lakukan terhadapnya? Tidak ada. Apa yang pemerintah
Singapura lakukan terhadapnya? Memberikan beasiswa untuk melanjutkan kuliah
disana. Lihat, miris bukan? Anak bangsa yang cerdas lebih dianggap diluar
negeri daripada di negeri sendiri.
Didalam hingar bingar berita korupsi yang semakin merajalela di negeri
ini, mari sejenak kita berfikir tentang bangsa dan negara ini, bagian apa yang
perlu dibenah terlebih dahulu dari negara ini. Sistem pendidikan di Indonesia,
sudah sesuai kah dengan kebutuhan masa depan? Jika kita kilas balik, kenapa
dulu banyak orang luar negeri yang belajar di Indonesia, sementara sekarang
terbalik, kita yang banyak menuntut ilmu di luar negeri. Apa yang salah dengan
sistem pendidikan kita saat ini? Menurut saya sistem pendidikan Indonesia saat
ini masih sangat kaku, tidak fleksibel, ketinggalan. Selama 12 tahun, kita
dijejali semua jenis ilmu. Kecuali SMK yang tahun ke-10 pendidikannya sudah
mulai mengambil peminatan. Tetapi, banyak sekali generasi muda Indonesia yang
hanya sempat bersekolah sampai ke jenjang SMP bahkan SD. Bagaimana nasib
mereka? Sampai kapan pendidikan di Indonesia masih berkutat pada nilai ujian
seluruh mata pelajaran. Saya menanti saat-saat dimana Indonesia memiliki sistem
pendidikan seperti di luar negeri yang sejak kecil sudah membebaskan muridnya memilih
dan mengambil kelas-kelas yang sesuai minat dan bakatnya. Jika mereka suka
musik, maka ambillah kelas musik. Jika mereka suka pelajaran eksakta, maka
ambillah eksakta. Tidak heran di Jepang, murid SMA sudah bisa merakit handphone
sebagai tugas sekolah, tidak seperti di Indonesia yang masih berkutat di atas
kertas untuk bisa lulus SMA. Sistem pendidikan seperti itu membuat bakat dan
keahlian mereka terasah lebih sempurna serta menghemat waktu. Toh seorang guru
pun, hanya diwajibkan menguasai 1 pelajaran saja, kenapa murid harus dituntut
untuk menguasai seluruh mata pelajaran?
Saya sering berandai-andai. Andai rakyat Indonesia ini begitu produktif, atau
setidak-tidaknya memiliki satu saja keterampilan kejuruan yang bisa membuat
mereka berkontribusi di negara ini, sehingga pandai mengolah dan mengelola
Sumber Daya Alam sendiri serta membuka lapangan kerja baru. Negara kita subur,
penghasil aneka bahan makanan, buah dan sayuran, kenapa masih sering terjadi
kelangkaan sembako atau mahalnya harga bahan pokok? Negara kita menyembunyikan
kekayaan alam di lautan maupun daratan, energi, bahan tambang maupun mineral. Kita
jangan bisanya hanya menjadi pengekspor bahan baku ke luar negeri, kemudian setelah
diolah oleh negara mereka yang berkualitas SDM nya kita mengimpor barang sudah
jadi. Bisa dibayangkan jika kita sudah menghasilkan bahan baku sendiri, lalu bisa
mengolah sendiri, berteknologi sendiri, memproduksi sendiri, dan menghasilkan
produk berdaya guna yang bisa digunakan oleh masyarakat dalam maupun luar negeri.
Indonesia akan menjadi bangsa yang mandiri, tanpa perlu menyejahterakan pihak
asing. Indonesia tidak perlu lagi mengirimkan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) atau
TKW (Tenaga Kerja Wanita) ke negara lain, bahkan Indonesia yang membutuhkan TKI
(Tenaga Kerja Inggris) atau TKW (Tenaga Kerja Washington) untuk dipekerjakan di
Indonesia. Khayalan saya sudah semakin jauh saja. Tapi inilah tantangan. Mampukah
Indonesia mewujudkan khayalan dan impian yang saya yakin bukan hanya saya saja yang
pernah berandai-andai seperti itu? Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS)
yang saya baca di www.darwinsaleh.com dari 100% tenaga kerja kita, sekitar 94% berpendidikan SMA
atau kurang, mayoritasnya 74% berpendidikan SMP atau kurang. Nah, mereka-mereka
inilah yang harus dibekali kemampuan dan keterampilan tersebut. Agar di masa
depan, mereka tidak menyumbangkan angka kemiskinan di Indonesia. BPS
mencatat jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan kini mencapai
28,55 juta orang. Angka kemiskinan itu bertambah 0,48 juta orang dibandingkan
Maret 2013. Sekali lagi ini adalah
tantangan. Memang tidak mudah untuk menjadikan bangsa ini mandiri, tidak mudah
bukan berarti tidak bisa. Asalkan kita semua bersatu padu, rakyat dan pemimpin bersungguh-sungguh
mewujudkan hal itu bersama, tidak ada yang tidak mungkin.
Ibarat manusia, Indonesia pada dasarnya sudah memiliki tubuh yang kuat berupa SDA. Tetapi, tubuh yang kuat tersebut tidak akan tegak berdiri apabila didalamnya tidak memiliki jiwa yang kuat pula, yaitu jiwa SDM. Rakyat didalamnyalah yang memegang pengaruh terbesar terhadap masa depan negara. Bagaimana kondisi negara, rakyatlah yang menjadi cerminannya. Apabila SDM lemah, maka sia-sialah kekuatan tubuh tadi yang hanya akan berada dibawah kontrol jiwa-jiwa lain yang kuat. Hari depan bangsa Indonesia sudah dapat terlihat hari ini apabila kita masih juga mengabaikan faktor SDM. Sudah saatnya keunggulan SDA bertransformasi menjadi keunggulan SDM. Sumber Daya Alam unggul, Sumber Daya Manusianya pun unggul, dan ada satu SDM lagi yang tak kalah penting, Sumber Daya Mental. Mental positif, mental kuat, mental pemenang. Sehingga rakyat dan pemimpin memiliki kesadaran dan kekuatan untuk bersinergi memajukan negara. Harapan saya sistem pendidikan di Indonesia bisa diciptakan dan dibarukan sebagai langkah awal untuk menghebatkan generasi bangsa. Semoga ada perubahan yang lebih baik di negara ini. Bangkitlah Indonesia! Tumbuhkan jiwa SDM mu! Untuk menjadi satu kesatuan yang hebat, Indonesia Raya.
Intan Fandini
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari
www.darwinsaleh.com.
Tulisan adalah
karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan"
sumber gambar:
connecting-dfc.blogspot.com
connecting-dfc.blogspot.com
youthgeneration3.blogspot.com