Sebegitu miripkah kami hingga sering disebut kembar ??

"Lho, kalian bukan kembar ? kok mirip?"

"Ini Intan atau Dhina?"

"Kalian adik beradik yaa?"

"Ihh, kok mirip kaliaan"

Ungkapan2 seperti itu udah ga asing lagi di telinga kami berdua . Ya, kami, aku Intan Fandini dan teman satu kos ku Radhina Permata Sari. Sebenarnya bukan temen kos aja, kami udah temenan lama, berasal dari esema yang sama, bahkan TK pun sama. ckck

Awal pertemuan dua gadis cabe rawit ini (begitu orang sering menyebutnya) adalah di TK Islam Ar-Rahmat Tembilahan, waktu itu bisa dibilang kami murid termuda sekaligus terkecil yang diwisuda. Di TK itu dulunya khatam Al-Qur'an adalah syarat untuk bisa wisuda. Kebetulan di tahun pertama kami berdua udah khatam Al-Qur'an dan otomatis kami ikut diwisuda bersama murid-murid lain yang jauh lebih tua daripada kami. Kalo dihitung-hitung usianya sekitar 1-5 taunan di atas kami. Usia kami baru 6 tahun, yang lain udah ada yang kelas 6 malah. Ya jelaslah kami yang paling kecil! haha. Dibilang cabe rawit kenapa? Ya karena kami berdua bergantian memegang juara di kelas.. kecil-kecil cabe rawit dank :p

SD dan SMP kami bersekolah di sekolah yang berbeda. Aku di SD 038, Dhina di SD 001, aku di SMP 2, Dhina di SMP 1.. Tapi tetap tiap lomba-lomba pasti ketemu, saingan Dhina lagi Dhina lagi.. Mulai dari lomba mengarang, pidato, senam, sampe pramuka.. ckck . Yaaa akhirnya di SMA kami bertemu lagi, sekelas pula di kelas sepuluh, X.1 :)

Senam

Teater tari

SMAN 1 Tembilahan Hulu adalah tempat bersejarah bagi kami.. Disana kami menuntut ilmu selama 3 tahun menghabiskan masa-masa remaja yang labil dan emosional. Aku dan Dhina aktif bergabung dan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti nari, senam, teater, english club, dll. Sering guru-guru salah panggil nama kami, kadang Dhina dipanggil Intan, terus Intan dipanggil Dhina, sensei (guru B.Jepang kami) yang paling sering tertukar kalo manggil, kami cuma bisa protes dikit terus ketawa. Guru-guru lain juga sering bilang mirip, namun itu bukan masalah bagi kami, yang penting kami dikenal... Hhi

Lulus SMA kami sibuk dengan tes masuk univ. Sebelum itu kami bimbel dulu.. Karena kami di tempat bimbel yang sama, kami dan beberapa teman lainnya pun berencana tinggal di kosan yang sama, sengaja dicari yang dekat dengan tempat bimbel.. Aku, Dhina, Oktri, Rintri, Echie, Ipet, dan Mutya, 2 orang lainnya berasal dari Dumai yang ternyata tak lain adalah teman olympiade ku Dika dan Neneng. Entah emang ditakdirkan atau bagaimana, aku dan Dhina mendapat kelas yang sama, sehingga ga heranlah kami sering jalan berdua, pulang pergi bimbel.. Dan, lagi-lagi kami dibilang kembar oleh tentor kami, "kembar kalian nyo dek?" katanya sewaktu kami berdua mendiskusikan salah satu topik pelajaran. "ga lah bg" jawab kami. "eh, masa iya? kok mirip kali, sering berdua pula?" katanya lagi dengan gaya melucunya. ndeeeehhh.....

Kuliah. Itulah kesibukan kami saat ini. Dan panjang ceritanya hingga kami, lagi-lagi, ditakdirkan untuk tak terpisahkan (lebay, hhe).. Aku dan Dhina sama-sama diterima di salah satu perguruan tinggi di pekanbaru, beda kampus, meski bidang sama, "kesehatan". Aku dan Dhina tinggal di satu kos yang sama, kosan tunggal, cuma ada satu kamar kos, bisa dibilang mini house lah, karena disitu bukan seperti kamar, melainkan rumah mini yang komplit. Semua udah ada, tempat strategis, udah "pas" pokoknya. Berbicara mengenai kembar, itu pun masih ada yang bilang hingga sekarang. Mulai dari ibu kos, kakak di counter, ibu-ibu di warung tempat kami sering membeli lauk, bahkan lucunya yang waktu di tukang jahit seberang kosan. Ceritanya gini, waktu itu aku berencana ngambil bajuku yang lagi dikecilin di tukang jait itu, nah si Dhina berencana ngecilin celananya.. Aku duluan dateng, terus aku kirain tukang jait itu ngambil bajuku buat dikasih ke aku, eeeeh ternyata pas Dhina nyusul di belakang aku, abang itu bilang "ni dek, bajunya" KE DHINA ? padahal itu kan baju aku dan lagian Dhina sekalipun belum pernah kesitu.. Aku yang didepan jadi heran, Dhina pun heran, kok tiba-tiba abang ni sok kenal pulaa.. haha . Setelah kebingungan sejenak, akupun langsung bilang "bukannya itu baju saya ya bg?", "lho, adek yang ini ya? aduh maaf habisnya mirip. Dua beradik yaa?" katanya lagi. ya ampuunnn pecah lah tawa kami. ibu-ibu yang lagi ada disana pun jadi ikut-ikut ketawa. Hemmm aku dan Dhina cuma bisa tertawa berpandangan.. Hal biasa yang sudah sering kami alami.. :)

Heran juga kalo difikir-fikir.. Kok orang bisa segitunya sampai ga bisa bedain kami. Kami berdua sering membahas itu, memang sih kami banyak kesamaan, rambut sama panjang, badan 11-12 lah,  selera hampir-hampir sama, hobby sama, bahkan alat-alat make up pun sebagian besar sama tanpa kami sengaja. ckck. Tapi menurut kami, tetap aja kami berbeda. Punya keunikan masing-masing lah. Ya namanya manusia, mana ada yang sama. ya kan? Tapi satu pertanyaan kami. "sebegitu miripkah kami hingga sering disebut kembar ??"